Postingan

Jejak di Tanah Pak Cik Part 2

Dan inilah kelanjutan cerita yang pernah kuungkapkan tempo hari. Seketika aku menginjakkan kaki di KLIA ( Kuala Lumpur National Airport), aku langsung disuguhkan dengan sebuah pemandangan menarik dengan kondisi dari bandara yang begitu tertata dan rapi. Sangat kontras dengan bandara dimana aku menaiki pesawat mennuju ke tempat ini. Tak hanya itu , pelayanan yang disuguhkan juga membuat pengunjung merasa nyaman karena keramahannya di tempat yang tepat. Disinilah aku merasa salut dengan sistem yang diterapkan dibandara ini. Para petugasnya menjadi diramah disaat dia harus ramah dan menjadi tegas disaat dia harus tegas. Sangat menghormati orang yang  menghargai waktu. Mendahulukan orang yang memang seharusnya didahulukan. Tanpa memandang jika orang tersebut adalah kerabat si-A, kerabat si - C , atau kerabat si anu. Berbeda dengan tempat dimana aku pernah dilahirkan. Berbagai fasilitas publik yang pernah aku kunjungi di negeri ku ini, masih terasa aroma nepotismenya. bagaimana tidak, cont

Jejak di Tanah Pak Cik Part 1

Ini adalah sebuah cerita kehidupanku yang pernah terjadi satu setengah tahun silam. Cerita yang akan menggoreskan tinta kenangannya di memoriku. Cerita tentang bagaimana keadaan bangsa seberang dan betapa pilunya kehidupan anak bangsa di tempat itu yang konon kabarnya sudah mencicipi tujuh puluh dua tahun kemerdekaan. Ya, betul sekali. Kemerdekaan bagi sebagian yang lain dan Penjajahan bagi sebagian yang lainnya. Dan di perjalan ini, Tuhan seolah menunjukkan kepadaku potret anak bangsa yang merintih menyambung nafas kehidupan di negeri orang disaat negaranya, negeri tumpah darahnya juga mengambil keuntungan dari keberadaannya di  negeri rantau. Negara ini hanya membalas mereka hanya dengan memberika sebutan dan sanjungan sebagai "Pahlawan Devisa". Gelar yang sama sekali tak berguna bagi mereka yang tengah berusaha mencari sesuap nasi untuk kehidupan mereka. Jangankan sebagai pembantu penyambung hidup, Pembayar tandas saja, sanjungan semacam itu tak kan berguna. Dan inilah se

Tentang Sebuah Kenangan ( tentang kau, aku dan kita bersama)

Terimakasih sahabatku, karena kalian telah hadir untuk menggoreskan kenangan indah ini dalam episode-episode kehidupanku, Terimakasih sahabatku, karena kalian pernah mengajari aku apa itu persahabatan, Sejauh apapun lautan luas memisahkan kita sekarang, Aku tetap berharap persahabatan kita ini akan tetap abadi, Walaupun hanya dengan saling mendoakan disetiap hembusan nafas kita Sahabat,,, bagiku kalian tak kan terlupakan Aku persembahkan ini untuk kalian, Tentang awal kisah kita Disebuah tempat yang kita kenang dengan nama KAMPUS BIRRU Tempat kau, aku dan kita bersama mengukir mimpi sahabat,

Tentang Sebuah Teriakan Tak Bersuara

Biarkan Torehan Hati: Dina Yarmawati Biarkan bulan yang mengerti Akan hadir bintang di sisinya Biarkan langit yang tahu Apa makna pelangi di bawah naungannya Kau tak perlu tahu Kau tak perlu peduli Kau tak perlu mengerti Biarkan,,, jangan kau usik dan kau ganggu lagi Tak ada yang harus kau pahami Tak ada maksud tuk menghakimi Silahkan enyah dan pergi Dalam gelapnya malam Dari sudut JTS UNAND Senin,2 Mei 2016
             Mungkin Memang Mungkin memang benar Orang bilang ini hanyalah batu Tapi aku lain.... Bagiku ini lebih berharga Ini adalah nyawa Mungkin memang benar Orang bilang ini hanyalah debu Tapi aku lain... Bagiku ini lebih berharga Ini adalah nafas Mungkin memanng benar Orang bilang ini hanyalah mimpi Tapi aku lain... Bagiku ini lebih berharga Ini adalah nyata Mungkin memang benar Bagi orang aku hanyalah sampah Tapi aku lain... Bagiku aku lebih berharga dari KAU bahkan KALIAN                                         (Padang panjang,29 Januari 2014)

Puisi Hidupku

                       Nafas Pertama Hari ini pertama aku mengukir sajak Tentang penderitaan hidup Tentang tangisan yang mengurai gelak Tentang keangkuhan sang angkara Yang membunuh dalam kegelapan kalbu Hari ini nafas pertamaku Tuk hancurkan tembok tinggi pemasungku Tuk hapus air mata dalam hidupku Tuk tegakkan panji kebenaran Yang dulu jauh terintang waktu Hari nafas pertamaku Tuk tetap berdiri Gapai hari esok yang tlah menantiku Tuk hari esok yang menungguku                                               (Koto Tuo,13 Juni 2014)